Akmal Nasery Basral
Orangorang berbaris di depan kedai nyaman gemerlap, tak sabar menyesap secangkir kopi impor yang harganya bisa lebih mahal dari satu gram emas mengkilap. Mereka bilang surga terasa pada setiap tetes aroma yang meruap
Orangorang berbaris di lokasi penambangan emas yang panas, berebut menjilat matahari dan meneguk tetestetes keringat hangat. Mereka bilang neraka tersaji di sepanjang tenggorokan dan pojokpojok lambung yang selalu mengobarkan pemberontakan
Orangorang berbaris memanen bijibiji kopi lokal di sekujur negeri, berpeluh harapan menjadi juragan kehidupan berjubah permata. Mereka bilang surga adalah harapan dan neraka adalah kenyataan, nasib tertanam pada setiap akar tunggang yang kesepian
Orangorang berbaris memasuki kotakota impian yang dibangun dengan arsitektur tata kata. Mereka bilang mukjizat kehidupan telah disiapkan secara seksama dalam tempo sesingkatsingkatnya
Ya, ya, di negeri nilakandi,
di semua lokasi, orangorang berbaris di mana saja kapan saja tanpa kecuali
terpukau
frasafrasa
terpesona
mantramantra
tergilagila
propaganda
penguasa kata
pengusaha kata
tanpa jeda
Cibubur, 8 Juni 2024