NusantaraInsight, Makassar — Komunitas Rumah Literasi kembali menunjukkan konsistensinya dalam menggerakkan budaya baca melalui kegiatan bertajuk Camp Literasi: Camping dan Bedah Buku. Kegiatan ini berlangsung di Desa Belabori, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, selama dua hari, yakni Sabtu hingga Ahad, 26–27 April 2025.
Dengan konsep berkemah di alam terbuka, peserta diajak untuk merasakan pengalaman literasi yang berbeda, sambil menikmati suasana sejuk dan asri pegunungan Belabori.
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegiat literasi.
Selama Camp Literasi, peserta tidak hanya berkemah, tetapi juga mengikuti berbagai rangkaian acara seperti bedah buku, diskusi terbuka, permainan edukatif, serta sesi berbagi pengalaman literasi. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menumbuhkan semangat membaca, menulis, serta mempererat jejaring antar komunitas literasi di Sulawesi Selatan.
Menurut panitia pelaksana, memilih Desa Belabori sebagai lokasi bukan tanpa alasan. Selain terkenal dengan keindahan alamnya, desa ini juga memiliki potensi besar dalam pengembangan literasi masyarakat. Dengan menghadirkan suasana yang santai namun sarat nilai edukatif, Camp Literasi diharapkan menjadi model baru dalam menyemai kecintaan terhadap buku dan pengetahuan di kalangan generasi muda.
Dalam sesi bedah buku, hadir sebagai pemateri utama Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum., akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Dalam paparannya, akademisi yang akrab disapa Daeng Rengko’ menekankan pentingnya menumbuhkan budaya membaca di kalangan generasi muda, terutama di era digital yang serba cepat dan instan. Menurutnya, membaca buku bukan hanya memperkaya wawasan dan imajinasi, tetapi juga membentuk karakter kritis dan kreatif yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman.
Lebih lanjut, Dr. Sumarlin Rengko HR mengajak seluruh peserta Camp Literasi untuk tidak hanya membaca buku-buku populer, tetapi juga memperluas bacaan ke karya-karya sastra klasik, buku sejarah, serta tulisan-tulisan ilmiah. Ia menekankan bahwa generasi yang gemar membaca akan menjadi generasi yang lebih tahan terhadap arus informasi yang cepat berubah, sekaligus mampu memilah dan memahami informasi secara lebih bijak.
Pesan ini disambut antusias oleh peserta yang aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman membaca mereka.
Ketua Komunitas Rumah Literasi yang sehari-harinya berprofesi sebagai pendidik di SDIT Al Basit Yayasan Meta Insan Cendikia Indonesia (MICI) Kabupaten Gowa, Dzul Rajali, S.H., menyampaikan bahwa kegiatan Camping dan Bedah Buku ini dirancang sebagai upaya mempertemukan literasi dengan pengalaman langsung di alam.