Oleh Aslam Katutu
NusantaraInsight, Makassar — Dalam hidup ini, kita akan bertemu banyak orang. Teman di sekolah, di tempat kerja, di lingkungan sekitar—bahkan di dunia maya. Ada yang datang untuk tinggal lama, ada juga yang hanya mampir sebentar. Kita berbagi tawa, cerita, bahkan luka. Teman itu penting, mereka bisa menjadi cermin, pengingat, dan kadang penguat saat kita mulai goyah.
Tapi satu hal yang tidak boleh kita lupakan: sebanyak apa pun teman yang kita punya, pada akhirnya, hidup ini adalah tentang pilihan pribadi.
Kita bisa berdiskusi, bertanya pendapat, bahkan meminta saran. Tapi keputusan tetap ada di tangan kita. Kenapa? Karena yang menjalani semua risikonya nanti bukan mereka—tapi kita. Mereka mungkin bisa menenangkan, bisa menyemangati, tapi ketika situasi sulit datang, hanya kita yang benar-benar tahu rasanya.
Kadang, saking banyaknya suara dari luar, kita jadi ragu dengan suara hati sendiri. Kita terlalu sibuk menyenangkan orang lain, terlalu takut dianggap berbeda, sampai lupa bahwa kita juga punya arah yang ingin dituju. Kita lupa bahwa tidak semua orang bisa memahami alasan kita, dan itu tidak apa-apa.
Teman boleh punya pendapat, tapi jangan sampai hidupmu berjalan atas dasar ekspektasi mereka.
Apakah kamu harus memilih jurusan kuliah karena teman-temanmu menganggap jurusan itu keren? Apakah kamu harus bekerja di bidang tertentu karena semua orang bilang itu “jalan aman”? Apakah kamu harus menikah, pindah kota, atau memulai bisnis hanya karena takut dinilai lambat oleh orang lain?
Hidupmu bukan kompetisi. Ini perjalanan yang kamu sendiri yang tentukan rutenya. Dan kadang, pilihan terbaik bukan yang paling populer, tapi yang paling sesuai dengan siapa dirimu sebenarnya.
Memang, memilih jalan sendiri bisa terasa sepi. Tidak semua orang akan mengerti, bahkan beberapa mungkin menjauh. Tapi itu bukan akhir dari segalanya. Lebih baik sepi tapi jujur dengan diri sendiri, daripada ramai tapi hidup dalam pura-pura.
Belajarlah menghargai pendapat, tapi juga belajar berkata, “Terima kasih atas masukannya, tapi ini keputusan saya.” Itu bukan berarti kamu keras kepala, itu berarti kamu bertanggung jawab atas hidupmu sendiri.
Karena pada akhirnya, yang akan merasakan bahagia atau kecewa dari keputusan itu adalah kamu sendiri, bukan mereka yang hanya berdiri di pinggir dan berkomentar.
Teman boleh banyak. Teman itu berkah. Tapi jangan biarkan keramaian membuatmu kehilangan arah. Kamu boleh berjalan bersama mereka, tapi pastikan kamu tahu ke mana kakimu melangkah.