Seandainya Lakkang Jadi Laboratorium Wisata Berkelanjutan (1)

Lakkang
Naik pincara ke Lakkang

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)

NusantaraInsight, Makassar –– “Mau ki masuk ke kampung, Pak? Bawa motor ta, jauh itu.” Kata bapak pengelola perahu penyeberangan ke Lakkang, begitu dia melihat saya naik ke perahunya.

“Iye, saya mau ke Lakkang,” jawab saya dalam logat Makassar.

“Cukup jauh itu masuk. Ada mungkin 1 kilometer.” Lanjutnya, seolah hendak meyakinkan saya.

Saya kemudian mengambil sepeda motor Scoopy yang tadi saya parkir di dekat rumah warga. Saya memarkirnya di situ karena ada plang bertuliskan “parkir 2.000”. Saya pikir, mungkin di situ tempat parkirnya kalau hendak ke Pulau Lakkang.

Setelah berada kembali di atas perahu, saya pun mengambil tempat duduk di salah satu sisinya. Istri saya, Gita Nurul Ramadhani, duduk di depan sambil sesekali memotret dan membuat video dengan smartphone-nya, Tak lama berselang, dua penumpang lain naik, dengan sepeda motornya. Seorang ibu dengan anaknya yang mengendarai sepeda motor trail juga menyusul ke perahu. Saya menghitung, penumpang perahu ini hanya 6 orang dan 3 sepeda motor berbeda jenis.

BACA JUGA:  Ulang Tahun ke-32, RSUD Haji Makassar Resmikan 6 Layanan Baru

Beberapa jenak kemudian, bapak pengelola perahu melepas tali dari tambatannya. Jembatan kecil dari papan yang jadi penghubung jalan ke perahu dinaikkan. Bapak itu mendorong perahunya dengan sebilah bambu. Lalu menyalakan mesin perahunya. Brum… brum… brum…. Suara mesin perahu merek Yamaha berbahan bakar bensin itu memecah keheningan. Perahu pun berjalan pelan.

Mata saya memandang jauh menyusuri sungai. Di kiri kanan sungai—dengan lebar sekira 50 meter ini—tumbuh subur pohon-pohon nipah. Air sungai hari itu agak keruh, kecokelatan. Walaupun begitu, saya masih bisa melihat bayangan pohon dan awan yang memantul di permukaan air.

Hanya dalam hitungan lebih semenit, perahu yang kami tumpangi pun tiba di dermaga. Sungguh, saya tak menyangka secepat ini. Tadi, ketika masih di seberang, dermaga tempat perahu ini bersandar memang terlihat. Namun, saya tak mengira bahwa dermaga inilah yang akan jadi tujuan kami.

“Wuih, dekatnya ji,” seru saya spontan.

“Bisa berenang dari sana,” sahut salah seorang pemuda di depan saya bercanda, sembari memperagakan gaya berenang.

BACA JUGA:  Kembalikan Formulir, Maysir Yulanwar Satukan Misi dengan Ketua DPC PKS Jeneponto

Mendengar celetukan itu, saya dan istri tersenyum lebar.

Perahu Pappalimbang

Hari ini, Kamis, 27 Februari 2025, merupakan kali ketiga saya ke Lakkang. Pukul 10.30, saya dan istri berangkat dari rumah kami di Tombolo, Kabupaten Gowa, dekat Minasa Upa, Makassar. Saya menyiapkan vietnam drip sebagai bekal, yang saya taruh di dalam tumbler. Sudah saya bayangkan, nikmatnya menyeruput kopi hangat di atas perahu sambil menyusuri sungai.