Obituari Hasyim Ado: Pernah Dibantingi Pistol

Drs.Hasyim Ado (tengah). (Foto:Istimewa).
Drs.Hasyim Ado (tengah). (Foto:Istimewa).

Selepas menjabat di Makassar, Hasyim terbang ke utara, tepatnya Ternate. Di daerah itu dia menjabat Kepala Stasion RRI Ternate. Kebetulan pula, Maluku Utara kala itu berdiri sebagai sebuah provinsi. Pemekaran dari Provinsi Maluku. Bersamaan dengan itu, dia menjabat Ketua PWI Cabang Maluku Utara pertama.

Di Maluku Utara, memberi pengalaman yang sangat luar biasa bagi Hasyim. Selaku Kepala Stasion RRI, dia memimpin operasional pemberitaan melalui radio berkaitan dengan kerusuhan di daerah baru tersebut.

‘’Saya mengalami langsung ‘perang terbuka’ antara dua komunitas yang berbeda,’’ komentar Hasyim Ado dalam penerbangan Lion Air, Makassar-Jakarta malam itu.
Sebagai orang yang kaya pengalaman di lapangan, Hasyim Ado bukan tipe orang yang senang duduk di belakang meja. Dia tidak puas jika tidak turun sendiri ke lapangan, meliput sendiri. Begitulah dengan di Maluku Utara. Dia terjun langsung bersama anak buahnya ke Ternate, Halmahera, dan Tobelo meliput masalah kesalahpahaman antarkomunitas tersebut.

Ada pengalaman yang sulit Hasyim lupakan ketika bertugas di provinsi muda usia itu. Dia pernah ‘’diadili’’ oleh penguasa darurat sipil. Kejadiannya sekitar tahun 2001. Seorang perwira tinggi memprotes RRI lantaran menyiarkan langsung acara salat Jumat. Yang membuat petinggi militer itu kebakaran janggut adalah isi khutbah sang khatib. Dalam khutbahnya dia mengatakan, UU Darurat Sipil adalah produk kaum kafir, sehingga tidak perlu ditaati.

BACA JUGA:  Israel Serang Kamp Pengungsi Nuseirat, Empat Warga Palestina Tewas

Lantaran siaran itu, RRI Ternate dianggap sebagai provokator. Perwira tinggi itu menginterogasi Hasyim selaku Kepala Stadion RRI Ternate. Dalam interogasi itu, Hasyim dihadapi POM AD, Polri, dan Kejaksaan.

‘’Siapa penanggungjawab siaran ini,’’ hardiknya.
‘’Pelaksanaan siaran saya yang bertanggungjawab. Tetapi, yang bertanggungjawab atas khutbah adalah khatibnya, sedangkan terhadap pelaksanaan salatnya adalah imam,’’ jawab Hasyim.

‘’Mengapa saudara tidak menyetop siaran tersebut,’’ tegas perwira tinggi itu lagi.
‘’Saya tidak mungkin menyetop khatib yang sedang membaca khutbah di mimbar. Jika itu saya lakukan, jelas akan sangat berbahaya bagi saya,’’ papar Hasyim Ado.
Gara-gara kasus ini, mobil OB van RRI Stasion Ternate disita aparat keamanan.

Ketika pejabat Gubernur Maluku Utara Muhyi Effendy, Hasyim pun pernah dapat pengalaman pahit. Sang jenderal dua bintang itu pernah membantingkan pistol di depan wartawan radio senior Indonesia itu. Apa pasal, sampai pistol dijadikan ancaman? Rupanya, kala itu RRI menyiarkan hasil wawancara dengan rakyat yang berunjuk rasa terhadap pabrik kayu milik salah satu konglomerat di Jakarta. RRI dianggap menghasut rakyat.