‘’Tetapi ini adalah fakta,’’ Hasyim menjelaskan.
‘’Saudara tidak mengerti UU Pokok Pers,’’ kata pejabat itu.
‘’Saya justru memberitakan fakta itu sesuai UU Pokok Pers,’’ Hasyim melawan.
‘’Saudara melanggar Kode Etik Jurnalistik,’’ sergah sang pejabat tidak mau kalah.
‘’Saya sudah pertimbangkan boleh tidaknya suatu fakta diberitakan sesuai Kode Etik Jurnalistik,’’ Hasyim kian menantang lagi.
Jengkel dengan penjelasan Hasyim yang terus menggebu-gebu dan tidak cacat yuridis, sang jenderal mengeluarkan pistol dan membantingnya di meja di dekat Hasyim.
‘’Saya diam saja,’’ ungkap Hasyim.
Ketika peristiwa ini terjadi, ada seorang wartawan RRI Ternate juga jadi saksi. Dia gemetaran ketika melihat situasi yang sangat menegangkan tersebut. Hasyim juga tidak menduga sebelumnya, kalau pertemuan itu berbuntut panas seperti itu. Sebab awalnya, usai suatu upacara, pejabat tersebut mengajak Hasyim singgah di kantornya. Di situlah dia mulai menanyakan masalah unjuk rasa tersebut. Tetapi ujung-ujungnya sang pejabat itu melunak.
‘’Lain kali hati-hati sedikit kalau memberitakan sesuatu,’’ sang pejabat memberi tahu.
Usai pertemuan yang menegang itu, sang reporter yang menyertai Hasyim dalam ‘insiden banting pistol’ balik bertanya.
‘’Mengapa bapak tenang sekali menghadapi kejadian tadi?’’.
‘’Ya, jelas, karena yang ada di depan saya adalah jenderal. Dia tidak mungkin menembak saya meski punya pistol. Makanya, saya berani ‘melawan’. Tetapi kalau saya berhadapan dengan tentara berpangkat kopral, tentu kisahnya bisa lain,’’ Hasyim Ado menjelaskan.
Bertugas di Ternate memang memberikan pengalaman yang sangat dominan bagi perjalanan karier Hasyim Ado sebagai orang radio. Di tengah berkecamuknya konflik antarkomunitas, media kadang berada dalam posisi terjepit. Ketika media mencoba independen, ada-ada saja pihak yang merasa kurang nyaman dan menuding pemberitaan media berat sebelah.
Masalahnya, setiap pihak selalu melihat dari sisi kepentingannya masing-masing. Tidak jarang media dituding sebagai provokator dan selalu dicurigai. Media selalu dilihat dengan penuh kecurigaan. Tetapi bagi Hasyim, pengalaman seperti ini juga merupakan seni sebagai orang media. Bagaimana menyikapi dan menyiasati situasi, sehingga media tetap dapat melaksanakan tugasnya dengan lancar.
Pengalaman-pengalaman seperti itu, akui Hasyim, ternyata banyak juga gunanya di kemudian hari. Dalam berbagai diklat wartawan radio, dia sering diminta menjadi pemateri.
Pengalaman-pengalamannya itu selalu menjadi santapan pendidikan yang menarik buat para wartawan radio pemula yang masih bening pengalaman.