News  

Dr. Dirk Sandarupa Sosok Dibalik Seminar Nasional Bahasa Ibu

Dr. Dirk Sandarupa
Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum (Tengah) berpose bersama para penari.

NusantaraInsight, Makassar — Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum didaulat menjadi Ketua Panitia Pelaksana Seminar Nasional Bahasa Ibu di Sulawesi Selatan tahun 2025.

Acara yang digelar pada Jumat (21/2/2025) di Ballroom Teater Phinisi UNM dan secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik (WR I), Prof. Dr. Andi Aslinda, M.Si mewakili Rektor UNM.

Acara yang digelar oleh Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) dan Perhimpunan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia (PPBDI) Sulawesi Selatan ini mengangkat tema Membangun Kesadaran Global Pelestarian Bahasa Daerah dan dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan.

Bersama Ketua HPBD Sulsel Dr. Azis Nojeng, Ketua Perkumpulan Pendidik Bahasa Ibu Indonesia (PPBII) Rahmaniar, S.S.,S.Pd.,M.Hum.,Gr, dan Muh. Rahman Nur, S.S.,S.Pd beserta segenap panitia lainnya, Dirk demikian biasa disapa merancang gelaran berskala nasional ini.

Dr. Dirk Sandarupa ketika diwawancarai oleh media ini, Jumat (21/2/2025) mengatakan bahwa setiap acara ada beberapa kendala yang dihadapi saat akan melaksanakan seminar.

“Setiap seminar nasional tentu memiliki tantangan tersendiri. Salah satu kendala utama adalah koordinasi dengan berbagai pihak, mulai dari pembicara, peserta, hingga institusi pendukung. Selain itu, memastikan partisipasi yang luas dan keterlibatan aktif dari akademisi serta praktisi juga menjadi tantangan tersendiri,” ucapnya menjawab pertanyaan wartawan.

BACA JUGA:  Wakili Indonesia, Dosen Kedokteran Unismuh Bertugas di Myanmar

Lebih lanjut, Dosen Pariwisata Universitas Hasanuddin ini menerangkan bahwa persiapan seminar ini memakan waktu kurang lebih tiga hingga empat bulan.

“Kami harus menyusun konsep, mengundang narasumber yang kredibel, serta mengurus berbagai aspek teknis dan administratif,” tutur Dr. Dirk.

“Adapun latar belakang pemikiran untuk mengadakan seminar ini, berawal dari gagasan untuk menyelenggarakan seminar ini muncul dari kebutuhan akan ruang diskusi akademik yang lebih luas, khususnya dalam membahas isu-isu pariwisata, budaya, dan bahasa ibu. Sebagai akademisi, saya merasa perlu untuk mempertemukan berbagai perspektif agar terjadi pertukaran gagasan yang bermanfaat,” terangnya.

Ia menerangkan seminar ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan bahasa ibu, khususnya di Toraja dan Sulawesi Selatan secara umum.

Selain itu, dengan adanya seminar nasional, kita bisa melihat tren terbaru dalam bidang pariwisata dan kebahasaan serta merumuskan langkah-langkah strategis ke depan.

Terkait bahasa ibu, Dr Dirk yang berdarah Toraja ini berharap dan mendukung agar bahasa ibu, khususnya bahasa Toraja dapat diajarkan sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan.