Presiden Rusia Vladimir Putin Akan “Perang Nuklir”, ini Sebabnya

Presiden Rusia
Vladimir Putin

NusantaraInsight, Rusia — Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan tentang risiko nyata akan terjadinya perang nuklir jika negara-negara Barat mengirimkan pasukan untuk berperang di Ukraina dalam pidato tahunannya dua minggu menjelang pemilihan presiden.

Baca juga : Karem Samra dan Sekolahnya di Gaza

“Telah ada pembicaraan mengenai kemungkinan pengiriman kontingen militer NATO ke Ukraina. Tapi kita ingat nasib mereka yang pernah mengirimkan kontingennya ke wilayah negara kita. Namun kini konsekuensinya bagi para pelaku intervensi akan jauh lebih tragis,” kata Putin saat berbicara kepada parlemen dan para elit senior lainnya seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (1/3/2024)

“Mereka harus menyadari bahwa kita juga mempunyai senjata yang dapat mengenai sasaran di wilayah mereka. Semua ini benar-benar mengancam konflik penggunaan senjata nuklir dan kehancuran peradaban. Apakah mereka tidak mengerti?”

Putin sebelumnya telah berbicara tentang bahaya konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia, namun peringatan senjata nuklirnya pada hari Kamis adalah salah satu peringatannya yang paling eksplisit.

BACA JUGA:  Drama 5 Set, Red Sparks Bungkam Pemuncak Klasemen Hyundai Hillstate 

Peringatan Putin muncul setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengajukan usulan pada hari Senin agar anggota NATO Eropa mengirimkan pasukan darat ke Ukraina. Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan beberapa anggota lainnya menolak usulan tersebut.

Namun Putin menyarankan agar para pemimpin Barat mengingat nasib orang-orang seperti Adolf Hitler dari Jerman dan Napoleon Bonaparte dari Prancis, yang gagal menginvasi negaranya di masa lalu.

Pemimpin Rusia itu sebelumnya menarik Moskow keluar dari perjanjian pengendalian senjata START dengan AS tahun lalu dan sebelumnya mengatakan dia “tidak menggertak” ketika menyatakan siap menggunakan senjata nuklir.

Putin juga mengatakan Rusia “siap” untuk berdialog dengan AS mengenai masalah “stabilitas strategis” meskipun invasi ke Ukraina memicu hubungan terburuk antara Moskow dan Barat sejak krisis rudal Kuba tahun 1962.