Nusantarainsight, Makassar — Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, S.S.,M.Sc. mengajak Universitas Hasanuddin ikut menjaga cagar budaya di Sulawesi Selatan, Dalam berbagai kesempatan Menteri Kebudayaan selalu memperkenalkan Taman Arkeologi Leang-Leang Kabupaten Maros Sulawesi Selatan sebagai bukti Indonesia memiliki jejak peradaban yang lebih tua di dunia. Bukti-buktinya cukup kokoh.
“Pertama, kalau melihat prasejarah, yang jutaan tahun, kita mempunyai bukti-bukti fosil-fosil manusia purba yang cukup banyak jumlahnya. Sekitar 50-60% “Homo Erectus” ((jenis manusia yang telah punah) yang ditemukan di dunia, itu ditemukan di Indonesia,” ujar Fadli Zon dalam bincang-bincang budaya bertajuk “Pemertahanan Kebudayaan di Era Globalisasi” di Ruang Senat Unhas Kampus Tamalanrea, Rabu (15/1/2025).
Pria kelahiran Payakumbuh Sumatra Barat 1 Juni 1971 yang bergelar Datuak Bijo Dirajo Nan Kuniang tersebut mengatakan, “Pithecanthropus Erectus” yang dulu pertama kali diperkenalkan Eugene Dubois, seorang dokter dan antropolog Belanda, pada tahun 1891 menemukan fosil tersebut di Trinil, Jawa Timur. Fosil itu kemudian dikenal sebagai “Manusia Jawa” dan dianggap sebagai salah satu contoh awal dari evolusi manusia.
“Kita harus percaya diri dalam bidang arkeologi karena merupakan peradaban tertua di dunia,” ujar ayah dua anak ( Shafa Sabila Fadli & Zara Saladina Fadli) ini.
Wakil Ketua DPR RI (2014-2019) tersebut mengemukakan, dalam teori “Of Africa” itu seolah-olah mendominasi Pithencathropus Erectus itu datang dari Afrika, sampai di Indonesia agak punah di sini, menurut teorinya.
“Tetapi mengapa temuannya lebih banyak di Indonesia, 50 sampai 60%? Homo Erectus dan Pithecanthropus Erectus itu?,” ujar lulusan London School of Economics and Politics tahun 2002 tersebut dalam acara yang dipandu Direktur Kemahasiswaan Unhas. Abdullah Sanusi, S.E.MBA. Ph.D.
Suami Katherine Grace ini menyebutkan, kemudian pada era sudah menjadi “Homo Sapiens”, kita melihat lukisan-lukisan purba yang selama ini dikenal di Eropa dan dianggap yang tertua di dunia, di Prancis, di Spanyol, yang 30.000 tahun, ternyata sejak 2014 dari hasil penelitian yang lebih canggih lagi, pakai “uranium serius”” yang sudah presisi, ditemukan di Sulawesi Selatan ini, di Maros, dan di Pangkajene Kepulauan (Pangkep).
“Usianya pada tahun 2015, dipublis ketika itu, di Jurnal “Nature”, 40.000 tahun. Jadi itu menjadi yang tertua dibandingkan yang di Prancis dan Spanyol,” ujar Mahasiswa Berprestasi Pertama Universitas Indonesia dan Mahasiswa Berprestasi III Indonesia itu dalam acara yang didahului sambutan Rektor Unhas Prof.Dr.Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc.