JANJI KAMPANYE YANG MENYULITKAN PEMERINTAHAN BARU

Kisah Donald Trump 2025 dan Dunia yang Saling Terkait

– Kisah Donald Trump 2025 dan Dunia yang Saling Terkait

Oleh Denny JA

NusantaraInsight, Jakarta — Namanya John Heisdorffer. Ia petani kedelai generasi ketiga dari Iowa. Ladang itu telah diwariskan sejak zaman kakeknya.

Setiap musim gugur, John menatap panen dengan rasa syukur. Ia menanam, memanen, dan percaya pada janji Amerika.

Namun sejak 2018, janji itu berubah menjadi pedang bermata dua. Perang dagang dengan Cina dimulai. Negeri tirai bambu itu membalas tarif Amerika dengan menghentikan impor kedelai. Harga anjlok. Gudang-gudang penuh hasil panen yang tak laku dijual.

“Ini bukan perang biasa,” kata John. “Ini perang dagang. Dan petani seperti saya yang jadi tentaranya.”

Pada tahun 2016, John memilih Donald Trump. Ia percaya pada semangat Make America Great Again. Ia yakin Trump akan melindungi petani. Namun yang terjadi justru sebaliknya. (1)

Delapan tahun kemudian, pemilu 2024 tiba. Banyak petani seperti John tetap memilih Trump. Harapan lama dibungkus ulang dengan slogan baru: nasionalisme ekonomi, proteksi tenaga kerja, dan janji menekan Cina habis-habisan.

BACA JUGA:  Di Balik Peluncuran Edisi Revisi Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (6): Ditawari Pimpin Unhas, “Ada Minat?”

Dan Trump menepati janjinya.

Begitu dilantik kembali, ia menghidupkan senjata lamanya: tarif impor. Kali ini lebih luas, lebih keras. Mobil listrik asal Cina, semikonduktor, baja, aluminium, panel surya—semuanya dikenai bea masuk tinggi.

Trump menyebut kebijakan ini sebagai Liberation Day. Ia memberlakukan tarif dasar 10% untuk semua impor, efektif mulai 5 April 2025. Negara-negara dengan defisit perdagangan besar terhadap AS dikenai tarif lebih tinggi. Termasuk Indonesia, yang dikenai tarif 32%. Negara-negara kecil seperti Lesotho dan Saint Pierre dan Miquelon bahkan dikenai tarif 50%.

Di Iowa, John kembali duduk di teras rumahnya pada pagi musim semi. Ia menyeduh kopi, memandangi ladangnya yang kini sepi. Harga pupuk melonjak. Pabrik pengolah kedelai tutup. America First terasa seperti Iowa Last.

Ia tak lagi menyalahkan Cina. Ia hanya diam. Dan dalam diamnya, terkandung pelajaran bagi dunia.

-000-

Trump memberlakukan tarif dengan tiga alasan utama. Pertama, untuk menekan defisit neraca perdagangan.

Kedua, demi nasionalisme ekonomi—mengembalikan rantai pasok dan produksi ke dalam negeri.

BACA JUGA:  Haji yang Terstruktur

Ketiga, untuk melindungi industri strategis seperti baja dan semikonduktor.

Produsen domestik menyambut baik. Pekerja pabrik di kawasan industri tua bersorak. Sekilas tampak seperti kemenangan.

Namun itu kemenangan yang mahal.

Tarif memicu balasan dari negara lain. Harga barang naik. Inflasi memburuk. Efisiensi terganggu. Konsumen terbebani. Dan sistem global terguncang.