Obituari H.Andi Idris Bau Mange, S.Sos. Ceria dan Selalu Menyejukkan

H.Andi Idris Bau Mange (kanan) saat tiba di Sentani Papua, 30 September 2021 bersama saya, dan Arfandi Idris,
H.Andi Idris Bau Mange (kanan) saat tiba di Sentani Papua, 30 September 2021 bersama saya, dan Arfandi Idris,

NusantaraInsight, Makassar — Usai makan malam, 18 Maret 2024 sekitar pukul 22.30, mata saya tiba-tiba tersentak karena ada nama seorang teman yang mengirim pesan. Sebenarnya bukan namanya, melainkan teman yang satu ini sudah lama tidak berkomunikasi dengan saya. Muslim, S.Pd.M.Pd., dosen FIK UNM mengirim pesan yang menyentak.

“Telah berpulang ke rakhmatullah Bapak H.Andi Idris Bau Mange, mantan Pengurus KONI Sulsel,” tulis Muslim yang bertahun-tahun bergaul dengan saya sebelum mengakhiri periode panjang (23 tahun) menjadi Pengurus KONI Sulawesi Selatan.

Andi Idris, begitu biasa akrab kami sapa, dalam pandangan kami di Pengurus KONI Sulsel 2018-2022, nyaris tidak memiliki kekurangan. Kecuali, gangguan pada salah satu inderanya. Tetapi itu pun kami anggap tidak ada. Sebab komunikasi kami dengan beliau tetap bisa berjalan.

Pak Andi Idris adalah orang yang betul-betul “enjoy his life:. Seorang yang menikmati hidupnya. Dia menikmati hidup seiring bagaikan air mengalir. Hanya saja yang kerap saya prihatinkan, pada usianya yang jelas sudah menyentuh angka 70-an tahun, beliau belum juga tamat merokok. Kalau sudah duduk di ruang depan KONI Sulsel, beliau selalu didampingi oleh bungkus rokok kesayangannya. Karena yang saksikan hanya sering beliau mengisap rokok, sampai-sampai saya lupa memperhatikan apa mereknya.

BACA JUGA:  Amri Arsyid, Apakah Mungkin Menjadi Petani Kota?

Sekali waktu, saya dan beberapa orang Pengurus KONI Sulsel ke Sengkang Wajo untuk menghadiri acara Musyawarah Olahraga Kabupaten KONI Wajo. Saya, Pak Gafar Lewa, dan Arfandy Idris yang tinggal sampai keesokan hari di Sengkang (karena Pak Addien kembali ke Makassar lantaran mewakili Ketua KONI Sulsel dalam acara yang sangat urgen), menelepon Pak Andi Idris.

“Puang, kami akan mampir di Sidrap dalam perjalanan pulang ke Makassar,” begitu pesan yang kami kirim melalui Nasir, karyawan KONI Sulsel yang bertindak sebagai driver karena Nurdin yang juga menjadi driver dan ikut ke Sengkang, harus kembali ke Makassar bersama Pak Addien pada malam hari sebelumnya.

Hari sudah siang ketika kami singgah di kediamannya. Beliau sudah menyiapkan jamuan makan siang karena kami memang diminta singgah dan makan siang di kediamannya. Saya tidak menghitung berapa lama ada di kediaman Andi Idris. Yang jelas, usai agenda makan siang, disusul dengan acara minum kopi. Disusul pula dengan suguhan gorengan pisang. Agenda terakhir, kami dibawa untuk melihat-lihat halaman belakang rumahnya. Tanah kosong yang ditanami antara lain dengan pohon mangga.

BACA JUGA:  Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba di Kalangan Remaja!

Dari belakang rumahnya, kami ke halaman depan rumah beliau. Di situ ada satu pohon mangga besar yang sedang berbuah, tetapi masih kecil. Daun dan ranting pohon mangga ini juga banyak berjuntai di jalan di depan rumah Andi Idris. Katanya, buah mangga di bagian jalan itu bagian orang yang melintas. Begitu luar biasa prinsip beliau terhadap apa yang dimilikinya. Satu prinsip yang mungkin hanya sedikit dimiliki orang.

Kami yang hadir, langsung mengapling buah mangga yang menggantung, bahkan sudah sampai sandar di tanah.

“Saya yang ini,” kata Pak Gafar.
“Saya yang ini,” sambung Arfandy Idris lagi.
“Saya yang ini mo,” kata saya sambil menunjuk beberapa buah yang sudah ‘duduk’ di tanah karena ranting tempat berbuah itu rendah.
“Pak Addien..kodong?,” tanya Arfandy mengganggu Andi Idris karena tahu persis bagaimana akrabnya kedua orang ini dalam segala hal.
Menjawab pertanyaan Arfandy, Andi Idris menjawab.
“Nanti beliau gampang,” itulah kalimat yang diucapkannya jika dikaitkan dengan Pak Addien. Beliau tidak pernah menyampaikan kata dan kalimat yang membuat orang lain merasa kurang nyaman mendengarnya.

BACA JUGA:  Sekilas Andi Pasamangi Wawo : TAK GENTAR WALAU PERNAH DIKEROYOK DAN DITIKAM

Selama menjadi Pengurus KONI Sulsel (setelah kantor KONI Sulsel pindah ke bekas gedung Kanwil Deppen Sulsel di Jl. Sultan Hasanuddin itu) Andi Idris selalu mengisi salah satu kamar di bagian belakang kantor. Seorang diri beliau tidur di situ.