Peran Gen Z dalam Pemilu 2024

Lebih positif dan produktif lagi, jika Gen Z memainkan peran sebagai influencer dengan membuat konten kreatif yang menarik bagi sebaya mereka (peer group). Pendekatan melalui musik dan lagu, sastra, mural, dan berbagai karya seni lainnya akan menampakkan ekspresi politik yang bukan saja indah, tapi juga damai dan bermartabat. Panggung demokrasi bagi Gen Z, memang tak harus diisi dengan pidato dan retorika, yang justru kadang jauh dari nilai-nilai literasi politik itu sendiri. Biarkan cara dan gaya menerjemahkan pemilu damai, mereka kemas sesuai spirit dan jiwanya sebagai Gen Z.

Hari Kasih Suara
Kementerian Kominfo RI, jauh-jauh hari, sudah mengajak Gen Z untuk memanfaatkan 14 Februari, sebagai “Hari Kasih Suara”, sebuah istilah yang merujuk pada Valentine’s Day. Dalam acara Election Beats “Voice of Our Generation” (9/12/2023), Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKIP), Usman Kasong, mengajak Gen Z datang ke TPS, sebagai wujud tanggung jawab dan cinta Tanah Air. Gen Z dinilai punya semangat, opini, dan kemampuan berpikir kritis bagi kemajuan bangsa, sehingga partisipasinya dalam pesta demokrasi akan berdampak signifikan (kominfo.go.id).

BACA JUGA:  Traffic Light’ baru Jl.Perintis Kemerdekaan: Macet ‘Berkembang’, Melawan Arah Berkurang.

Deklarasi berarti pernyataan yang menunjukkan kalangan Gen Z itu akan mengambil peran, tanggung jawab, dan kepeloporan. Deklarasi melalui pelibatan Gen Z juga berarti, secara partisipatoris, Forkopimda mengakui kemampuan, potensi, sumber daya, dan jejaring yang dimiliki Gen Z untuk menyukseskan pemilu yang berkualitas. Sebagai pemilih pemula (first time voters) yang punya kecakapan digital, yang kental budaya digital, mereka diharap bisa lebih bijak bermedia. Gen Z bisa melakukan hal sederhana, seperti tidak ikut menyebarluaskan konten atau materi negatif berkaitan hate speech dan black campign. Apalagi serangan hacker terhadap situs-situs penting terkait penyelenggaraan pemilu, institusi negara, dan badan-badan publik lainnya.

Lebih positif dan produktif lagi, jika Gen Z memainkan peran sebagai influencer dengan membuat konten kreatif yang menarik bagi sebaya mereka (peer group). Pendekatan melalui musik dan lagu, sastra, mural, dan berbagai karya seni lainnya akan menampakkan ekspresi politik yang bukan saja indah, tapi juga damai dan bermartabat. Panggung demokrasi bagi Gen Z, memang tak harus diisi dengan pidato dan retorika, yang justru kadang jauh dari nilai-nilai literasi politik itu sendiri. Biarkan cara dan gaya menerjemahkan pemilu damai, mereka kemas sesuai spirit dan jiwanya sebagai Gen Z.

BACA JUGA:  Hasriani, Pedagang Daun Ketupat di Momen Jelang Lebaran

 

Berdasarkan rekapitulasi DPT yang dikeluarkan KPU, memperlihatkan pemilih dari Gen Z sebanyak 46.800.161 orang. Sementara Generasi Milenial ada sebanyak 66.822.389. Jika diakumulasi, maka jumlahnya mencapai 113 juta pemilih. Dengan demikian, kedua kelompok ini mendominasi Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari 204.807.222 total keseluruhan pemilih. Partisipasi mereka akan sangat menentukan perolehan suara paslon, caleg, dan partai peserta pemilu.