Oleh Aslam Katutu
NusantaraInsight, Makassar — Sering kali kita berkata, “Nanti aja.” Nanti belajar. Nanti mulai nabung. Nanti minta maaf. Nanti kejar mimpi. Padahal tanpa kita sadari, “nanti” adalah kata yang paling licin—mudah diucap, tapi sering menjebak.
Setiap hari, waktu terus berjalan. Detik berubah jadi menit, menit berubah jadi jam, dan tahu-tahu hari berganti. Tapi kita tetap diam di tempat, masih memeluk alasan, masih nyaman menunda.
Padahal, waktu itu nggak pernah bisa diulang. Dia nggak peduli kamu siap atau nggak, lagi semangat atau lagi malas. Dia tetap jalan terus, dan kita bisa ketinggalan kalau terus menunda.
Coba pikirkan, berapa banyak hal dalam hidup ini yang akhirnya nggak kejadian karena terlalu sering bilang “nanti aja”?
“Nanti aja belajar, masih lama ujiannya.”
“Nanti aja minta maaf, masih bisa besok.”
“Nanti aja mulai usaha, belum yakin sekarang.”
“Nanti aja kejar passion, tunggu waktu yang tepat.”
Masalahnya, waktu yang “tepat” itu sering kali nggak pernah datang. Atau kalau pun datang, kita sudah terlambat.
Menunda itu terasa aman di awal. Rasanya seperti menenangkan diri, memberi waktu untuk berpikir. Tapi kalau terlalu sering, itu jadi jebakan. Kita malah makin jauh dari tujuan, makin banyak kehilangan kesempatan.
Waktu nggak nunggu. Dia nggak bisa diajak kompromi. Dan yang paling menyakitkan adalah ketika kita baru sadar akan pentingnya waktu… setelah semuanya sudah terlambat.
Saat orang tua mulai menua, saat peluang yang dulu ada kini sudah diambil orang lain, saat semangat yang dulu membara kini mulai padam, barulah kita sadar: andai waktu bisa diputar ulang. Tapi sayangnya, tidak bisa. Yang bisa kita lakukan hanyalah menatap ke depan dan bertanya: masih mau terus menunda?
Jangan sampai “nanti aja” berubah jadi “kenapa nggak dari dulu?”
Kalau memang kamu punya niat, mulai sekarang. Sekecil apa pun langkahnya, tetap lebih baik daripada diam. Jangan tunggu motivasi datang. Jangan tunggu semuanya sempurna. Karena kadang, langkah pertama itu justru yang membuka jalan untuk langkah-langkah berikutnya.
Lebih baik mencoba sekarang dan gagal, daripada menyesal karena tidak pernah berani mencoba. Setidaknya, kamu tahu kamu sudah berusaha. Kamu hadir dalam perjuangan hidupmu sendiri, bukan sekadar jadi penonton yang terus berkata, “Besok aja.”
Ingat, waktu bukan musuh, tapi dia juga bukan sahabat yang bisa kamu abaikan. Dia adil, tapi juga tegas. Yang siap memanfaatkannya akan dipercepat, yang terus menunda akan tertinggal.
Jadi, apapun yang kamu rencanakan, apapun yang kamu impikan, apapun yang kamu takutkan—beranikan diri untuk mulai sekarang. Bukan nanti. Bukan besok.
Karena waktu nggak bisa diulang.
Dan hidup yang terlalu sering ditunda… hanya akan penuh dengan penyesalan