Kriya rajut karya Shella bagai menggambarkan Indonesia yang multikultur. Rajutannya merepresentasikan tanah kelahirannya, Buton, tempatnya tumbuh dan besar di Papua, serta daerah di mana dia bermukim dan mengenyam pendidikan, Kota Makassar. Menurutnya, keunikan karya-karyanya, terlihat pada bentuk, warna, dan motifnya. Karyanya dominan menggunakan warna hitam, tapi dia juga merambah warna-warna lain sebagai upaya eksplorasi dan keluar dari zona nyaman. Jenis tas yang dia buat berupa sling bag, tote bag, hand bag, dan wristlet. Bentuknya pun unik, ada yang seperti kelelawar, keranjang, dan persegi.
Dengan bahan dan alat relatif sederhana, terdiri dari benang rajut, hakpen (jarum rajut), penanda, gunting, dan korek, rata-rata waktu yang dia perlukan untuk menciptakan satu karya berbeda-beda. Untuk kriya rajut ukuran kecil, dia hanya butuh waktu 1 atau 2 hari pengerjaan saja. Sedangkan karya sedang dan besar, bisa memakan waktu 3 hari sampai 1 minggu pengerjaan. Itu pun tergantung dari mood-nya.
Proses kreatif Shella terpantik ketika dia melihat beberapa referensi gambar, baik berupa bentuk maupun warna, lalu dia menuangkannya lewat rajutan. Butuh kecermatan untuk mempelajari pola rajutan pada gambar yang menjadi referensinya tersebut. Preferensinya pada noken dalam karya kriyanya, patut diapresiasi. Sejumlah rupa noken diaplikasikan Shella dalam karyanya, seperti pada tas rajut yang diberi judul “Satu Semburan”, “Cheerful”, “Makassar”, “Kue Lapis Pelangi”, “Senja Kaimana”, “Culture”, “Pesisir”, “Noken Kelelawar Wamena”, dan “Bird of Paradise 1” serta “Bird of Paradise 2”.
Sebagai perupa, dalam proses kreatifnya untuk menghasilkan karya, Shella biasa terkendala pada ketersediaan bahan yang dipunya. Artinya, ide dan keinginan untuk berkarya saja, rasa-rasanya tak cukup bagi seorang Shella. Bila jenis benang dan stok warna benangnya dia tidak punya, maka praktis dia tidak bisa berkarya. Itu menjadi tantangan yang dia alami selama menekuni kriya rajut ini. Tantangan berat lainnya, menurut pengakuannya, yakni bagaimana dia memadukan warna yang selaras dalam kriya rajutnya. Dia menyadari bahwa dirinya masih pemula, sehingga perlu terus berproses untuk melahirkan karya-karya terbaik. (*)