Nurul Fitrah Yani, Berbagi untuk Dunia dan Akhirat

Nurul Fitrah Yani
Nurul Fitrah Yani mengajar di Kampus Lorong

NusantaraInsight, Makassar — Di tengah hiruk-pikuk dunia akademik, sosok Nurul Fitrah Yani hadir sebagai cermin ketulusan seorang pendidik sejati.

Sebagai dosen yang mengajar Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia, dan Korespondensi di kampus LP3I, ia tidak hanya menjalankan tugas formal mengajar di ruang kelas.

Lebih dari itu, Nurul Fitrah Yani membawa semangat pengabdian ke tengah masyarakat, bergabung dengan Aruna Ikatuo Indonesia dan menjadi relawan di Kampus Lorong Komunitas Anak Pelangi (K-Apel), mengajarkan bahasa Jepang kepada anak-anak secara cuma-cuma.

Ketika ditanya, apa yang mendorongnya untuk mengajar tanpa pamrih di lorong-lorong sederhana ini, jawaban Nurul Fitrah Yani menyingkap pandangan hidup yang dalam: “Profesi dosen,” katanya, “adalah profesi yang mengemban dua tujuan besar yaitu tujuan dunia dan tujuan akhirat.”

Bagi dosen yang akrab dipanggil Nunu, tugas seorang dosen bukan hanya mentransfer ilmu dan keterampilan agar mahasiswa menjadi kompeten di bidangnya. Itu baru satu sisi yaitu dunia. Sisi lainnya, yang lebih hakiki, adalah membentuk karakter, adab, dan orientasi ruhani mahasiswa, membimbing mereka untuk tidak sekadar menjadi insan cerdas, tetapi juga insan berakhlak dan berorientasi akhirat. Dalam pandangan ini, ilmu bukan sekadar alat untuk mendapatkan pekerjaan, melainkan jalan menuju kebermanfaatan yang abadi.

BACA JUGA:  Dedikasi di Kampus Lorong, Risma Asriani Mengajar Mata Kuliah Bahasa Inggris 

Nurul Fitrah Yani memandang bahwa mengajar adalah investasi amal jariyah, amal yang terus mengalir pahalanya bahkan ketika diri sudah tiada. Setiap ilmu yang diamalkan anak-anak atau orang yang diajar, setiap manfaat yang dihasilkan dari ilmu tersebut, akan kembali sebagai kebaikan yang menuntun langkahnya di kehidupan setelah kematian. Betapa mulianya profesi ini, ketika dimaknai tidak hanya sebagai karier, tetapi sebagai jalan menuju keberkahan.

Dari sisi eksternal, Nurul Fitrah Yani memahami peran strategis seorang pendidik dalam membentuk masa depan bangsa. Pemimpin-pemimpin besar lahir dari ruang-ruang belajar, dari tangan-tangan guru dan dosen yang tekun menanamkan nilai dan ilmu. Dengan tekad itulah ia terjun di Kampus Lorong K-Apel, berkontribusi bersama para akademisi, relawan, dan pemerhati pendidikan untuk menebar ilmu kepada anak-anak dari berbagai latar belakang.

Kampus Lorong K-Apel ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan ladang amal, ruang peradaban kecil yang dibangun dengan semangat gotong royong. Di sinilah Nurul Fitrah Yani membuktikan bahwa pendidikan tidak harus berbatas tembok kampus bergengsi. Namun, ia bisa tumbuh di lorong-lorong sempit, di hati-hati yang tulus, di tangan-tangan yang bersedia memberi tanpa mengharap imbalan.