Prof.Dr.Ir.Sumbangan Baja, M.Phil, Ph.D. Ikut Pilihan Ibu

Nusantarainsight.com, Makassar — Tahun 1988, selalu dikenang oleh Prof.Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.Phil, Ph.D, Sekretaris Universitas Hasanuddin. Pada tahun itulah maha guru kelahiran Tahona, Maluku 29 Desember 1963 ini, diwisuda.

Saat itu, wisuda sarjana Unhas dilaksanakan di Balai Kemanunggalan ABRI-Rakyat, kini Balai Prajurit M.Jusuf. Soalnya, Unhas belum memiliki ruang yang lapang untuk mewisuda alumninya yang lebih dari 1.200 orang ketika itu.

“Saya langsung ditawari langsung diterima sebagai dosen oleh Rektor Unhas Fachrudin,” ungkap Sumbangan Baja ketika membawakan materi pada Workshop Penyamaan Persepsi Media ke-Unhas-an Tahun 204 di Gedung Rektorat Unhas Kampus Tamalanrea, Sabtu (16/4/2024).

Lulusan “Soil Science” Massey New Zealand University (1993) ini sudah lega. Pasalnya, tidak pakai tes segala, seperti yang akan dijalani dosen-dosen lainnya.

Namun, pada waktu itu, mengetahui Unhas melaksanakan wisuda, banyak bank yang datang mencari tenaga dan karyawan. Mereka ini mengikuti tes. Sumbangan Baja pun mencoba ikut tes penerimaan karyawan bank tersebut. Dia tergiur dengan gaji pegawai bank yang Rp 1.000.000 per bulan, sementara dosen hanya bergaji Rp 60.000 per bulan.

BACA JUGA:  Pj Bupati Jeneponto Tantang ADPERTISI Buat Peta Potensi Daerah untuk Dikerjasamakan.

Hasil tes bagaimana? Sumbangan Baja lulus dalam tes penerimaan pegawai bank, sementara menjadi dosen Unhas pun sudah di tangan. Lulusan “University of Sydney Australia” (2002) ini gamang. Bagaimana memilih salah satu di antara kedua pilihan itu. Mau jadi dosen diterima tanpa tes dan langsung diumumkan rektor, tetapi gaji tidak sebanding dengan gaji pegawai bank yang jumlahnya sangat wah, tetapi harus melalui tes.

Bingung dengan pilihan ini, Ketua/Direktur Pengembangan Landscape dan Tata Ruang Kampus Unhas (2004-2008) — kemudian — ini pun melapor ke Ibunya.

“Saya berbicara dengan orang tua, Ibu almarhum,” ujar Ketua/Direktur Pengembangan Landscape dan Tata Ruang Kampus Unhas (2004-2008) tersebut dan terdengar suaranya sejenak bergetar, lalu terhenti.

“Maaf, saya sedih,” sambungnya segera, usai menyebut nama “Ibu almarhum”.

Dia pun bertanya kepada ibunya, tentang satu dari dua pilihan. Sebagai dosen Unhas dan karyawan bank.

Sang anak pun menjelaskan perihal besaran gaji yang diterima jika menjadi dosen dan sebagai karyawan bank. Bank, gajinya begini. Ibunya pun mengeluarkan titah agar putranya memilih menjadi seorang dosen. Itulah yang dijalani Sumbangan Baja hingga kini.

BACA JUGA:  Skema: HEBOH SASTRA MASUK KURIKULUM MERDEKA, APA KATA DUNIA?

“Saya percaya, Ibu telah memilihkan saya yang terbaik buat saya,” sebut lelaki yang kerap disebut ‘seniman geo spasial’ ini dalam acara yang diikuti beragai simpul media informasi di lingkungan Unhas, seperti Koran Kampus ‘Identitas’, Unhas TV, EBS Radio, Eksepsi Online BEM Fakultas Hukum Unhas, yang berlangsung sehari. .