Lantas, bagaimana aktivitasnya dengan genre Tembang Puitik akhir-akhir ini?
“Tahun ini saya sudah bikin dari puisi Fanny Jonathans Poyk yang sangat indah tentang ayahnya, sastrawan terkemuka Gerson Poyk almarhum. Juga puisi Marlin Dinamikanto, Darmawan Sepriyossa, Doddi Ahmad Fauji, Juniarso Ridwan, Isbedy Stiawan ZS, Azizah Zubaer, Yoevita Soekotjo, Lasman Simanjuntak (juga kedua kalinya setelah tahun lalu saya bikin “Menulis Syair untuk Presiden”, episode 2), Setiyo Bardono”, ujar penerima anugerah sipil tertinggi dua negara ini, yaitu gelar ksatria “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dari Presiden Sergio Mattarella pada tahun 2020 dan Ordo Kerajaan Isabella Katolik (Real Orden de Isabel la Católica) oleh Kerajaan Spanyol tahun 2023 ini.
“Kemudian juga saya sudah bikin “Coto Makassar” dari puisi Shantined, dan beberapa puisi pendek Sihar Ramses Simatupang. Dua tembang baru ini 24 Mei mendatang akan dinyanyikan oleh soprano Fae Bernice Robin bersama tembang puitik saya dari puisi Sofyan RH. Zaid yang sudah sering dipagelarkan, “Rindu Ibu, Rindu Pulang” serta “September Tuarang” dari puisi Rissa Churria. Ini kedua kalinya saya bikin dari puisi mereka, tahun 2023 saya bikin dari puisi Sihar Ramses, “Dari Duka Masa Lalu” dan dari Shantined “Sepenuh Ini, Indonesia”, tuntasnya.
Fae Bernice Robin adalah remaja penyandang gelar Puteri Anak Indonesia Pendidikan 2023 dan juara Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+ ) region Palembang, serta juara ke-3 KPN+ tingkat Nasional di babak finalnya di Jakarta Desember lalu.
Sedangkan konser tanggal 24 Mei tersebut akan mengambil tempat di Gedung Yamaha Music Center, juga merupakan ajang pengumuman siapa saja peserta yang lolos ke babak Grand Final di Ananda Sukarlan Award 2025, kompetisi yang dianggap sebagai ujian paling tangguh untuk para musikus klasik serta paling bergengsi di Indonesia.
Para musikus remaja lainnya yang tampil di konser itu adalah dua pianis Abigail Zoe Wang dan Callista Kertalesmana, keduanya adalah pemenang Ananda Sukarlan Award edisi lalu.
Pengaruh Ananda memang tak terbantahkan—ia membawa musik klasik Indonesia ke dunia sekaligus mencetak generasi penerus Indonesia yang kompetitif serta kompeten di panggung musik dunia.
Dan ia telah membuktikan bahwa musik klasik tidak berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan segala aspek budaya : dunia sastra, sejarah dan budaya tradisional.(***)
**/Penulis Pulo Lasman Simanjuntak, adalah seorang Praktisi Sastra yang karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 50 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak : 08561827332 (WA).