Komunitas “Rumah Literasi” Bedah Buku di Alam Terbuka

Menurutnya, literasi tidak hanya sebatas aktivitas di ruang-ruang kelas atau perpustakaan, tetapi juga bisa tumbuh subur di tengah suasana santai dan alami. “Kami ingin menunjukkan bahwa membaca dan berdiskusi buku bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan, kreatif, dan membangun semangat kolaboratif antar peserta,” ujarnya.

Dzul Rajali juga menekankan bahwa hakikat dari program kerja ini adalah menghidupkan kembali semangat membaca sebagai bagian dari gaya hidup generasi muda. Melalui pendekatan yang lebih dekat dengan alam dan komunitas, ia berharap peserta tidak hanya membawa pulang pengalaman membaca, tetapi juga membentuk jejaring baru, memperkaya wawasan, dan menumbuhkan kecintaan jangka panjang terhadap buku dan literasi.

“Ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan sebuah gerakan kecil untuk perubahan besar,” tambahnya.
Salah satu peserta, Lidia mahasiswi STKIP YPUP Makassar, mengungkapkan antusiasmenya mengikuti kegiatan Camping dan Bedah Buku ini. Ia mengaku mendapatkan pengalaman yang berbeda karena bisa membaca dan berdiskusi di tengah suasana alam terbuka yang menenangkan.

Menurutnya, konsep ini membuat kegiatan literasi terasa lebih hidup dan tidak membosankan. “Kegiatan ini benar-benar membuka wawasan saya, tidak hanya soal isi buku, tetapi juga tentang pentingnya komunitas dan diskusi dalam memperkaya pemahaman,” ujarnya dengan penuh semangat.

BACA JUGA:  Indonesia Makin Gelap Diangkat Dalam Sajak, Apa Kata Meta AI

Berbeda dengan Lidia, Abdul Kadir menyoroti bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar ajang membaca dan berdiskusi, tetapi juga menjadi sarana refleksi diri. Ia merasa bahwa membaca di tengah alam memberikan ketenangan yang jarang didapatkan dalam rutinitas sehari-hari.

“Di sini saya menyadari bahwa membaca bukan sekadar mengonsumsi informasi, tetapi juga tentang memahami kehidupan dari berbagai perspektif,” ungkapnya. Ia juga berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan, karena menurutnya, literasi yang dikemas dalam suasana yang lebih santai dan alami akan lebih mudah diterima oleh banyak orang, terutama generasi muda.

Meski tantangan dalam menggerakkan literasi di kalangan muda cukup besar, seperti minimnya minat baca dan dominasi budaya digital instan, kegiatan seperti Camping dan Bedah Buku membuktikan bahwa dengan pendekatan kreatif, semangat literasi bisa terus tumbuh. Harapannya, kaum muda tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga berani berkolaborasi, berinovasi, dan menjadi agen perubahan dalam membangun budaya baca yang lebih kuat dan berkelanjutan di tengah masyarakat. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa literasi bisa dirayakan dengan cara yang menyenangkan, membebaskan, dan bermakna.